Kisah Gus Dur serta Remang-remang Pantura


Ada dua goresan pena saya mengenai Gus Dur yg terkait dengan musik. Pertama, berjudul Gus Dur, Dangdut, serta Rhoma Irama. Tulisan itu menarasikan ulang diskusi mengenai musik dangdut yg dilaksanakan Universitas Airlangga yg merilis Gus Dur serta Rhoma Irama. Di dalam diskusi itu tersedia penghargaan Gus Dur kepada dangdut yg menurutnya rutin menemani napas nasib rakyat. Secara khusus, Gus Dur juga memuji salah seorang kreatornya, Rhoma Irama yg hadir pada forum itu.


Saya kutip ulang penghargaan Gus Dur tersebut:
“Makanya ya maaf, bila telah mendengarkan musik Bang Haji, satu ciptaannya, ya saya ikuti semakin kan, jadi ya semakin terus terang, komponis Indonesia yg lainnya, apalagi yg pop itu, hambar semuanya. Saya ini tukang ngeledek orang, tukang ngeritik orang-orang ya. Jadi, gak akan gampang-gampang menawarkan penghormatan ya. 

 

Coba saja perhatikan bila telah pulang, putar lagunya Bang Haji, yg centang perentang, lari kemana itu, dalam satu ikatan lagu yg bagus. Ya bila saya boleh bandingkan ini ya kayak Jimi Hendrix dalam lagu soul ya, blues serta soul itu kan kelihatannya centang perentang, kita gak tahu mau kemana nih musik, tapi dengan cara utuh, keren sekali. Jadi meramunya itu, bagaimana kesadaran, tema, itu dimasukan ke dalam musik alasannya ialah bila tema saja tidak dapat masukinnya, ya percuma,” jelasnya.  

Kedua, mengenai apresiasinya kepada dangdut. Pada tahap ini dirinya sepakat dengan apa yg dikatakan Suka Hardjana:
“Nah, kata Suka Hardjana, melodi yg menunjukkan musik Indonesa ialah dangdut. Menurut dia, dangdut itu denyut nasib bangsa Indonesia. Bahwa itu akibat ramuan dari macam-macam unsur, apa itu lagu melayu, zavin Arab, sumbangan sono-sini, itu ialah perkembangan musik yg wajar,” jelasnya. 


Sementara goresan pena kedua saya ialah mengenai Gus Dur serta adiknya, Gus Im (KH Hasyim Wahid) dengan judul Selera Musik Gus Dur serta Gus Im yg Unik. Pada goresan pena itu saya menarasikan ulang dari catatan pengangkut Gus Im untuk buku AS Hikam berjudul Gus Durku, Gus Durmu, Gus Dur Kita. 

Di situ saya tahu Gus Dur menyukai Simfoni No. 9 Beethoven serta Simfoni No. 40 Mozart. Sementara yg dibacarakan pada pertamuan itu ialah mengenai Friday Night in San Fransisco: Live Concert. Sebuah konser yg melibatkan tiga maestro gitar yaitu Paco de Lucia, Al di Meola, serta John MacLaughlin.


Di situ diungkapkan bagaimana Gus Dur serta adiknya menuturkan politik yg dibidik dari musik.

“Musik fusion semacam itu dapat menolong memahami praksis politik Indonesia yg juga berupa fusion. Bedanya politik Indonesia ialah fusion aliran, partai politik oposisi seolah-olah, serta macam-macam teori pembangunan yg wujud akhirnya sehingga aneh serta susah dimengerti, apalagi dinikmati,” komentar Gus Dur. 


Remang-remang Pantura

Dalam temuan saya, nyatanya Gus Dur selain menyukai Simfoni No. 9 Beethoven serta Simfoni No. 40 Mozart, tapi juga karya Janis Joplin, seorang musikus yg tewas alasannya ialah overdosis narkoba. Okezone.com sempat menulis Humor Gus Dur: Lagu Favorit Gus Dur Bikin Wartawan BBC Kaget.

Pada goresan pena tersebut terungkap mengenai lagu kesukaan Gus Dur yaitu lagu Me and Bobby McGee. Pada goresan pena lain, di Ali.id disebutkan, Gus Dur juga menyukai Summertime yg juga karya Janis Joplin.

Dan ternyata, Gus Dur selain lagu-lagu itu, ia juga menyukai lagu Remang-remang dari genre musik tarling yg terkenal di pantura Jawa Barat, terutama di Cirebon serta sekitarnya.

Berikut ini ialah lirik lagu Remang-remang yg dipopulerkan Diana Sastra:

Remang remang sinar lampu wayah sore
Lilin tugel ganti surupe srengenge
Nunggu kakang wis lawas langka kabare
Rasa pegel duh kakang sun ngentenane
 

Remang remang sinar lampune madangi
Kadang peteng lintang wis ora perduli
Aku seneng nalio kowe njanjeni
Duh wong ayu ojo gawe loro ati
 

Jere lunga bli suwe
Lawas paling suwengi
Kula percaya bae
Nyatane kakang mbohongi
 

Angel jaman saiki
Nggolek tresno sejati
Sewu mung ono siji
Sing setyo tekaning pati
 

Remang remang sepanjang jalan pantura
Gadis manis pada midang pinggir dalan
Jare seneng dapat mbantu ning wong tuwa
Kadang nangis urip mengkenen sampe kapan
 

Jere lunga bli suwe
Lawas paling suwengi
Kula percaya bae
Nyatane kakang mbohongi
 

Angel jaman saiki
Nggolek tresno sejati
Sewu mung ono siji
Sing setyo tekaning pati
 

Remang remang sepanjang jalan pantura
Gadis manis pada midang pinggir dalan
Jare seneng dapat mbantu ning wong tuwa
Kadang nangis urip mengkenen sampe kapan

Terkait lagu ini, konon Gus Dur sempat mendengarkannya di radio Muara FM. Sedang asik-asiknya ia mendengarkan lagu itu, tiba-tiba lagu tersebut terputus alasannya ialah iklan. Langsung saja beliau hubungi si penyiar radio yg dikala itu sedang bertugas supaya memutar kembali lagu itu.

Dalam satu goresan pena yg diungkapkan Alif.id, Gus Dur sempat meminta Diana Sastra menyanyikan lagu tersebut dengan cara eksklusif di hadapannya. Tak hanya sekali, di lain kesempatan, Gus Dur sempat meminta faktor yg sama kepadanya.



Posting Komentar untuk "Kisah Gus Dur serta Remang-remang Pantura"